PANGURURAN, Kalderakita.com: Samosir semula bukan pulau melainkan semenanjung.Jadi, ia tak bisa dikelilingi dengan kendaraan air, termasuk solu [sampan], meski di satu titik ia sangat dekat dengan daratan utama. Untuk memudahkan perjalanan, otoritas Hindia-Belanda lantas mengakali. Idenya tampaknya dipinjam dari Ferdinand Vicomte de Lesseps, insinyur Prancis yang membangun Terusan Suez pada 1859 (diresmikan sedekade kemudian).
Mereka mengeruk tanah sepanjang 1,5 kilometer di sekitar titik tadi sehingga air yang di kanan-kirinya menyatu. Sejak memasuki abad ke-19 pengerjaannya dimulai. Lewat sistem rodi, rakyat dikerahkan untuk mengerjakannya. Agar ‘solu’, termasuk yang berukuran paling besar (solu bolon) serta kapal kayu bisa melintas dengan leluasa di sana permukaannya didalamkan. Lantas, di atasnya didirikan jembatan. Terusan ini selintas seperti sungai saja.
Proyek klar dan diresmikan pada 1913. Namanya disebut Terusan Wilhelmina. Tapi warga sekitar menamainya Tano Ponggol (tanah yang dipenggal). Seperti halnya Terusan Suez, ia sangat memudahkan warga Pulau Samosir dan daratan di sebelahnya bepergian dengan angkutan air. Sebagai catatan, hingga tahun 1980-an pun kapal kayu dan solu masih menjadi andalan mereka sebab jalan raya masih sepotong-sepotong dan masih ala kadarnya di pulau yang eksotik ini.
Kurang urus, perairan Tano Ponggol lama mendangkal-menyempit di masa Orde Baru. Kisah bahwa kapal dulu bisa melaluinya alhasil laksana dongeng belaka.
Setelah sangat lama terlantar, Tano Ponggol akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah Jakarta. Proyek pelebaran-pendalamannya dimulai pada awal 2018. Dengan lebar 80 meter, di sana nanti kapal berbobot 2.000 (dead weight tonnage) pun akan leluasa melintas.
Tentu saja infrastruktur pendukung—termasuk jembatan, dinding di sepanjang kedua sisi, dan lintasan lebar untuk pejalan kaki di atasnya—disiapkan. Presiden Joko Widodo telah meninjau proyek ini.
Kecuali jembatan, bangunan ini hampir rampung kini. Seperti disulap, wajah Tano Ponggol kekinian menjadi sangat lain yakni megah dan modern. Kalau pohon-pohonnya sudah besar kelak, niscaya kerindangannya akan semakin mengasrikan kitaran.
Pulau Samosir sendiri sedang bersolek. Jalan lingkarnya yang 149,5 Km telah diperbaiki agar sesusai standar nasional (beraspal, dengan lebar 7 meter ditambah 2 meter di sisi kiri dan kanan). Dimulai sejak 2016, proyek berbiaya Rp 691,44 miliarini tak lama lagi akan rampung.
Jantung Danau Toba, Pulau Samosir. Kaldera ini merupakan 1 dari 5 Destinasi Parawisata Super Prioritas (DPSP) yang dicanangkan pemerintah pusat. Wajarlah kalau sekarang, untuk kali pertama dalam sepanjang sejarah, diutamakan pembangunannya.