JAKARTA, Kalderakita.com: Kami berbincang dengan pianis klasik Ananda Sukarlan pada 10 Juni lalu. Saat itu ia bercerita tengah bersiap terbang ke kawasan Danau Toba untuk pengambilan gambar konser online.
Hari ini sang pianis mengabarkan via WhatsApp ke Kalderakita.com konser akan digelar virtual pada Sabtu (14/8), pukul 19.00.
Kepada awak Kalderakita.com, Rin Hindryati dan P. Hasudungan Sirait, komponis musik klasik yang kini bermukim di Spanyol ini mengatakan ini adalah proyek kedua dirinya menggarap konser online yang baru dimulai sejak tahun lalu.
Idenya datang dari Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid.
“Pak Hilmar Farid pingin saya bikin konser-konser di tempat-tempat yang bersejarah, misalnya Candi Prambanan, Trowulan [situs peninggalan Kerajaan Majapahit—Red], dan segala macem. Tapi terus datanglah pandemi. Jadi Pak Hilmar Farid bilang: ‘ya udah kita pending sebentar, nunggu sampe pandeminya kelar’,” jelas Ananda.
Ternyata, pandemi COVID-19 tak kunjung berakhir. Hingga akhir Mei 2020, Hilmar Farid yang juga seorang sejarawan, mengusulkan untuk membuat konser online.
Untuk konser online pertama yang digelar tahun lalu, Ananda pentas di sejumlah situs peradaban kuno Nusantara. Mulai dari Candi Prambanan di Yogyakarta, Trowulan di Mojokerto, dan berakhir di Muaro Jambi. Dia mensejajarkan peradaban mereka dengan suku bangsa Maccu Picu yang ada di Peru. Mereka sezaman.
“Ya blessing in disguise juga sih. Kalo konser offline kan [hanya] di satu tempat, paling penontonnya cuma berapa ratus. Sedangkan konser online, bisa menjangkau beberapa spot sekaligus dan ditonton oleh penonton luar negeri yang saya bilang tadi, jumlahnya sampai 10.000an lebih. Itu jadi [bisa] memperkenalkan Indonesia ke luar negeri,” imbuh Ananda.
Meski demikian menurut Ananda ada tantangan saat menggarap konser online, yakni bagaimana menampilkan visual yang kuat sehingga penonton akan betah menikmatinya hingga selesai. Kalau tidak, penonton akan dengan mudah pindah ke channel.
“Lain dengan konser offline. Live, konser langsung dimana orang emang duduk menyaksikan. Kalau mau berdiri, kan mereka mikir-mikir dulu entar gangguin orang sebelahnya gak,” tutur Ananda.
Konser Toba
Ananda bersama crew menghabiskan waktu seminggu untuk menggarap konser bertajuk ‘Toba: Tribute kepada 3 penulis lagu dan 1 sastrawan Sumatra Utara.’
Sebelum menggarap konser ini, Ananda belajar tentang budaya Batak yang antara lain ia lakukan lewat bercakap dengan banyak teman-teman dari Sumut, selain tentunya Internet.
Dia juga menyempatkan bertemu langsung dengan orang lokal setiba di lokasi shooting.
“Saya akan ketemu dulu dengan orang sana, jadi sehari itu, pagi hari itu saya akan bicara dengan orang lokal untuk kemudian bikin narasinya. Tapi saya udah punya gambaran. Nanti untuk narasainya baru di sana secara konkrit,” katanya sebelum keberangkatan ke Toba Juni kemarin.
Menurutnya orang-orang Batak itu sangat musikal. Mereka menggunakan musik sebagai bahan ekspresi.
“Orang Batak tu seperti punya satu spesialitas dimana mereka membutuhkan nada, melodi untuk berekskpresif. Itu seperti kebutuhan naluriah. Makanya lagu-lagu Batak juga saya suka karena seperti satu dorongan. Seperti gunung api yang emang harus meletus dari dalam.”
Di konser TOBA kali ini, Ananda mengangkat figur tiga komponis Batak terkemuka, yakni Cornel Simanjuntak, Alfred Simanjutak, dan Liberty Manik, serta sastrawan Sitor Situmorang.
Konser online Toba (foto: Kemdikbud)
Dua puisi Sitor yang terpilih untuk dibacakan saat konser adalah Surat Kertas Hijau dan Malam Lebaran.
“Kalau Surat Kertas Hijau itu kan salah satu yang paling terkenal, favorit saya juga,” kata sang pianis.
Untuk konser di kawasan Danau Toba, timnya telah menetapkan sejumlah lokasi pementasan, antara lain di Bakkara, istana Raja Si Singamangaraja. Ia juga akan pentas di Sidikalang, Menara Pandang Tele, Kampung Ulos, dan Tara Bunga Panorama yang ada di Balige.
“Balige, saya belum pernah ke sana. Waktu itu memang ada tim survey, selalu ada tim survey baik dari tim Dikbud atau tim video saya yang kesana lalu membuatkan video, supaya saya lihat.”
Tidak ada alasan khusus mengapa Toba dipilih sebagai lokasi konser online tahun ini.
“Kita maunya sih cover sebanyak mungkin. Urutannya rada random. Tapi kita maunya tercover semua dan karena gak bisa sekaligus, jadi satu-satu gitu loh.”
Konser ini juga melibatkan musisi lain dari Sumatra Conservatoire. “Salah satu direkturnya orang Amerika, Edward Van Ness. Jadi ada semacam diplomasi dengan Amerika, main musik Amerika dan menampilkan puisi Robert Frost.”